Kamis, 04 Februari 2010

PEMIKIRAN DAN GERAKAN ISLAM INDONESIA KONTEMPORER : KATEGORI DAN KARAKTERISTIK Zuly Qodir Pendidik di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Peneliti di P

PEMIKIRAN DAN GERAKAN ISLAM INDONESIA KONTEMPORER :
KATEGORI DAN KARAKTERISTIK

Zuly Qodir
Pendidik di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Peneliti di Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian UGM


A. Perkembangan Pemikiran dan Gerakan Islam
Masyarakat Islam Indonesia sekarang ini sedang dilanda apa yang saya sebut sebagai gerakan “formalisasi syariah” atau lebih tepat sebenarnya gerakan arabisasi. Masyarakat Islam Indonesia yang sering diidentikkan dengan masyarakat yang toleran, harmonis, solidaritas sosialnya tingi, dan tidak demikian peduli dengan hal-hal yang formalistic, terutama dalam agama, sekarang ini sedang mendapatkan serang tajam dari kelompok agama yang mengendus melalui underbouw-underbouw partai politik dan gerakan keagamaan.
Islam Indonesia, bahkan sampai desa akhirnya menjadi lahan kampanye agama yang hebat oleh kelompok Islam militant, sebab Desa sering diangap sebagai basis abangan yang berIslamnya sedikit kurang autentik atau murni. Pemilahan Abdul Munir Mulkhan atas Islam di Desa Wuluhan sepuluh tahun yang lalu, memberikan gambar bahwa di desa ada varian-varian orang berIslam; yakni Muhammadiyah Ahmad Dahlan, Muhamamdiyah Al-Ikhlas, Munu, dan Marmud. Tesis Mulkhan saya kira bias menjelaskan bahwa dalam desa karakteristik Islam itu bervariatif, dan diantara mereka bias saling ketemu, tetapi sekaligus bias saling bersitegang, tetapi mereka tetap satu desa.
Sekarang ini, fenomena keIslaman di desa sebenarnya masih variatif seperti yang dikemukakan Mulkhan di atas, hanya saja belakangan muncul gerakan Islamisasi Indonesia, yang menghendaki pemurnian Islam di Indonesia dari tingkat Desa sampai kampus-kampus, sehingga ceramah-ceramah keIslaman mengarah pada bagaimana agar penduduk desa yang muslim harus fasih dalam berbahasa arab, berdoa, mengaji, melafalkan kata-kata arab, sampai dengan wiridnya. Pendek kata masyarakat Islam Indonesia, sekarang menjadi ajang pertarungan kelompok Islam yang menghendaki puritanisme dalam beragama, karena desa disinyalir identik dengan banyak bid’ah, syirik, tahayul, dan serab tidak Islam lainnya.
Di tengah pergulatan masyaraikat Islam menghadapi kelompok militant Islam seperti di atas, ada kelompok Islam yang lebih apresiatif terhadap multikulturalisme, yakni kelompok Moderat. Sayangnya, kelompok Islam ini kurang popular di desa, dan tampak kurang diminati di desa-desa Jawa khususunya. Ada beberapa alas an mengapa kelompok Islam Moderat sulit popular di desa, karena: pertama, kelompok Islam Moderat lebih banyak bermani dalam wilayah wacana Islam “elit”. Islam Elit yang saya maksud adalah wacana Islam yang lebih banyak dihadapi kaum kelas menengah, pelajar, mahasiswa dan pegawai, bukan masyarakat agraris, petani, buruh dan hal-hal lain seperti kemiskinan dan keobodohan; kedua, media yang digunakan seringkali memakai media yang di desa tidak ada atau belum dikenal, seperti internet, email dan alat-alat elektronik lainnya, yang di desa memang sulit di dapat dan mendapatkannya; ketiga, bahasa yang dipakai untuk menyampaikan pesan kepada audiens atau pendengar adalah bahasa yang terlewat akademik, atau bahasa yang agak sulit dipahami, tidak menggunakan bahasa arab lagi; dan jarangnya aktivis Islam moderat memberikan siraman ruhani atau ceramah-ceramah ke desa-desa, atau “turun desa”, mungkin karena sibuk di kampus dan menulis buku, sehingga masyarakat desa tidak dijangkau oleh kelompok Islam Moderat.
Dengan empat alasan di atas, sebenarnya kontestasi Islam Militan dengan Islam Moderat di desa sudah tidak terjadi lagi, karena yang terus bergerak adalah kelompok Islam militan dengan segalam macam aktivitasnya yang dikemas secara bervariatif, dari yang sifatnya remeh temeh sampai ideologisasi. Desa jelas terkepung oleh Islam Militan, sekalipun belakangan terdengar resistensi dari desa-desa karena aktivitas Islam Militan. Disinilah sebenarnya Islam Moderat seharusnya bisa mengemas tema atau isu, aktivitas, metode dan gerakan yang dikerjakan sehingga Desa bukan saja menjadi ajang pertarungan ideology abangan versus militant Islam.


B. Karakteristik, Cita-Cita dan Aktor Islam Militan dan Moderat

Gerakan Islam Karakteristik Cita-Cita Aktor Jamaah Gerakan
Ekstrem 1. Menolak Pluralisme
2. Berpegang pada letterlijk teks
3. bulat tanpa kompromi
4. tanpa pelunakan, interpretasi dan pengurangan (Ernest Gellner, 1992: 177)
5. oposisionalisme, perlawanan terhadap paham lain yang dianggap bertentangan dengan kitab suci, baik modernisme, postmodernisme, sekularisasi, nilai Barat atau lainnya yang dalam Islam rujukannya adalah Quran dan hadits.
6. Menolak hermeneutika. Tidak perlu melakukan interpretasi dan enggan bersikap kritis terhadap teks. Teks harus dipahami secara letterlijk, rasio tidak boleh melakukan kompromi atas ayat-ayat
7. menolak pluralisme dan relativisme. Pluralisme diangap sebagai akibat pemahaman teks secara salah dan relativisme muncul akibat intervensi nalar manusia dan perkembangan masyarakat
8. menolak perkembangan histories dan sosiologis (Martin F Marty 1992:: 110-112) 1. Kembali pada zaman salaf
2. Penegakan syariah Islam, perda syariah
3. Khilafah Islamiyah
4. Partai Islam
5. Sistem Ekonomi Islam
6. Islam yang murni
7. Islam yang tunggal 1. Sebagian orang Muhammadiyah
2. Sebagian orang NU
3. Ismail Yusanto
4. Habib Rizieq
5. Abu Bakar Baasyir
6. Adian Husaini
7. Ja’far Umar Thalib 1. Pengikut Muhammadiyah
2. Pengikut NU
3. Hizbut Tahrir Indonesia
4. Front Pembela Islam
5. Front Pemuda Islam Surakarta
6. Dewan Masjid Indonesia
7. DDII
8. MMI
9. KISDI
10. Laskar Jundullah
11. FKAW 12. Teologis: kembali kepada zaman yang diidealkan, ada yang mengatakan zaman salafi, puritanisme (pemurnian dalam arti lebih dekat dengan zaman kenabian, sekalipun belakangan lebih kentara adalah tradisi Arabisasi
13. Politik: kaum fundamentalis-ekstrem menolak segala bentuk struktur politik modern seperti demokrasi, pluralisme partai politik, sehingga menghendaki adanya khilafah Islamiyah dan penegakan syariah Islam
14. Ekonomi : menghendaki struktur dan system ekonomi syariah (agama), bukan ekonomi modern, sebab system ekonomi modern hanya menimbulkan liberalisme, kapitalisme yang tidak adil pada masyarakat Islam khususnya;

15. Budaya : budaya yang ditawarkan adalah budaya Islam atau lebih dekat dengan budaya Arab namun dipahami seakan-akan sebagai budaya Islam

16.
Moderat Karakteristik Cita-cita Actor Jamaah Gerakan
1. menerima hermeneutika, sehingga ada pluiralisme pemahaman
2. Kritis aats teks dan pemahaman kitab suci agama-agama
3. Menerima modernisasi, sekularisasi dan liberalisme agama
4. Kontekstual dalam memahami teks agama
5. Menerima relativisme pemahaman
6. Mengakui pluralisme agama 1. Islam Warna-warni
2. Islam sebagai etika
3. Menghadirkan keimanan dalam dunia modern
4. Menolak teokrasi
5. Menjunjung kesetaraan jender
6. Merayakan Pluralisme agama (merayakan keragaman)
1. Intelektual Islam NU dan Muhammadiyah
2. Aktivis LSM
3. Feminist Muslim
4. Aktivis interfaith 1. UIN,
2. Paramadina
3. LKIS
4. Rahima
5. Fahmina
6. ICIP
7. ICRP
8. P3M
9. IPI
10. PSW UIN
11. PSAP
12. Al-Maun 1. Teologi: pluralis-inklusif dan dialogis yang kritis atas ajaran teks agama, agama sebagai kritik sosial
2. Politik: demokratisasi sebagai pijakan untuk masyarakat bernegara (teologi secular untuk Negara sekulare)
3. Ekonomi: keadilan ekonomi untuk semua warga Negara (keadilan distribusi)
4. Budaya : menolak arabisasi, menghadirkan Islam keindonesiaan

C. Konfigurasi Islam Indonesia
Setelah secara singkat saya memberikan cirri beserta ikutannya tentang Islam Militan dan Moderat sampai liberal, di bawah ini saya ingin memberikan penekanan kembali tentang fenomena Islam yang sedang terjadi di Indonesia, sehingga kita bisa memetakan gerakan Islam di Indonesia dan bagaimana kira-kira prospek dari seluruh gerakan Islam yang sedaang berkontestasi.
Ada beberapa fenomena perkembangan pemikiran dan gerakan islam yang sangat mewarnai masyarakat islam Indoensia khususnya pasca reformasi, sehingga wajah islam Indonesia dan masyarakat Indonesia juga ditentukan oleh kelompok Islam yang sekarang berkembang di Indonesia.
Kelompok Islam pro syariah, formalisai islam, puritanisme Islam, substansialisme islam, moderat islam sampai liberal islam yang perlu mendapatkan perhatian serius dari kalangan aktivis islam, akademisi dan peneliti islam Indoensia. Kelompok-kelompok ini memberikan kontribusi pada pemikiran Islam Indonesia, tetapi juga perkembangan politik Indonesia kontemprer, sebab kelompok Islam yang sekarang berkembang tidak imun dari ormas Islam dan parpol di Indonesia. Ormas Muhammadiyah dan NU sebagai ormas Islam terbesar memberikan kontribusi yang luar biasa pada perkembangan pemikiran Islam di Indonesia, selain juga politik partai yang terus berkembang sampai sekarang.


D. Masa Depan Islam Indonesia
Bila kita mempercayai adanya gerakan Islam yang saya gambarkan diatas, saya kira akan terjadi dialektika dalam Islam di Indonesia. Siapakah yang akan mendapatkan “tempat” secara layak di Indonesia adalah mereka yang mampu menghadirkan keIslaman yang sesuai dengan konteks Indonesia. KeIslaman yang mampu memberikan respon secara adil dalam bidang teologi, politik, ekonomi dan budaya itulah yang akan menjadi bagian dari umat Islam Indonesia.
Saat ini memang, kita melihat kelompok ekstrem sedang dalam posisi jaya, sebab rezim kekuasaan tidak secara tegas memberikan batas-batas atas hadirnya kelompok Islam yang di Negara asalnya sendiri di larang, seperti Hizbut Tahrir (Indonesia), juga kelompok Islam yang lebih mempergunakan cara-cara kekerasan dalam melakukan aktivitasnya untuk mencapai tujuan dalam berIslam.
Apabila penegakan hokum positif dilakukan dengan serius, ketimpangan social terkait ketidakadilan, kebodohan dan pelanggaran ham dihilangkan saya merasa tidak akan ada tempat lagi bagi kelompok Islam ekstrem, karena mainstream Islam Indonesia adalah Islam Moderat seperti telah ditunjukkan oleh Muhammadiyah dan NU. Karena tu, kita dorong dua oragnisasi Islam terbesar di Indonesia ini untuk terus bergerak dalam rel moderasinya, terus memberdayakan masyarakat sipil dan jamaahnya sebagai Islam yang moderat, bukan fundamentalis. Bila hal itu bisa dikerjakan oleh NU dan Muhammadiyah, saya berharap Islam Indonesia akan berwajah santun, bervisi kemanusiaan dan rahmatan lil alamin.

E. Akhirul Kalam
Dengan paparan singklat di atas, ada catatan akhir yang hendak saya sampaikan, bahwa fenomena Militansi gerakan Islam disinyalir karena terjadinya ketimpangan social ekonomi, pendidikan, dan politik atas kelompok Islam, di samping euphoria politik otonomi yang tengah melanda negeri ini. Oleh sebab itu, saya kira masa depan umat Islam Indonesia memang tergantung pada gerakan Islam moderat, termasuk aktivis-aktivis Islam liberal agar lebih santun dalam berwacana dan beretorika pada public, dengan mengedepan masalah-masalah yang riil di hadapi masyarakat Islam Indonesia ketimbang menghadirkan masalah-masalah yang tampak abstrak, tidak terjangkau sebab disitulah umat Islam masih menghendaki Islam yang mampu menjawab masalah riil di Indonesia.






Biodata Singkat

Nama : Dr. Zuly Qodir
Pendidikan : Sosilogi Universitas Gadjah mada Yogyakarta
Pekerjaan : Pendidik di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Peneliti di Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian UGM
Alamat : Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) UGM
Sekip K- 9, Bulaksumur Ph/Faks. 0274-520733
Email : zuly_qodir@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar